I hate "flag ceremony" very much

adoh, Gondok kali aku kalo tiap hari senin. Aku rasa gak cuma aku aja yang begitu. pasti semua pelajar, juga benci upacara.

...lama
...membosankan
...amanat dari pembina yang lama n itu2 ja
...hormat bendera bikin tangan pegel
...kaki pegel
...harus baris yang rapi
...harus datang pagi

itulah upacara.

kenapa mesti seminggu sekali?enak jadi mahasiswa dan para karyawan, gak ada lagi yang namanya upacara.

untuk apalah upacara sampai segitu seringnya. Guru pembina upacaranya pun sur kali menyampaikan amanat2, termasuk melecehkan kami yang terlambart dan gak pake topi.

Sebenarnya hari ini aku udah bangun cukup pagi :5.35 kira2, karena adikku kencing celana,sementara ibunda sedang pergi keluar kota. Akulah yang membersihkan. Sungguh kakak yang baik, bukan?

Karena belum puas tidur, jam 6 aku tidur lagi barang 15 menit. Ini biasa terjadi, tapi gak pernah menyebabkan masalah yang serius bagiku.

kali ini lain cerita, Setelah terbangun untuk kedua kalinya, adikku kencing lagi di atas kasur. "kakak2 yg jaga adikku" baru datang, jadi dia belum ngerti ngatasin kejadian kayak gini. aku lagi yang turun tangan. Sungguh kakak yang sabar, bukan?

Masuk skolah jam 7.15, sedangkan aku berangkat 7.10. Mengerikan!! Sudah pasti aku telambat, terlebih ke sekolah butuh waktu 20menit kira2.

Sesampeknya di sekolah, disuru lari2 cepat2 ke pintu masuk. Bukannya disuru masuk, malah ditahan bersama 30an murid lainnya yang juga terlambat. Ouuuugh, palak. ini baru sekali terjadi. Dan kalo kejadian ini terulang sampek 3x, para guru akan memanggil orang tuaku ke sekolah.

Tidak hanya sampek disitu, Kasus baru yang menerjang kami 'para siswa yang gak pake topi'. jelas tidak, kan masi kelas 1, belum beli itu wajar. Diantara anak kelas satu yang disetrap cuma 1orangnya yang pake topi.

Pertamanya, kami disuru ngikuti Pak Nyaman. Rupanya, dia membawa kami ke depan lapangan, tempat dimana semua pandangan siswa2 yang baek budi, yang sedang baris bisa melihat kami. Malunya luar biasa, diketawai pula itu.

Abis itu, Pak Poniman selaku pembina upacara waktu itu, bilang gini: "ini lah dia para murid2 yang tidak disiplin. Udah telambat, gak pake topi pula itu". Sementara murid2 yang lagi baris sorak-sorai menertawai kami.

Upacara terus dilanjutkan dengan menjadikan kami sebagai pajangan upacara penghias prosesi2 mungkin.

Upacara pun selesai, tapi masalah tak selesai sampek disitu. Pak Poniman menceramahi kami, trus nyuru beli topi. Akhirnya dibolehkan masuk.

Tapi, nama udah tercatat di tangan BP.

Upacara memang gak penting.

Komentar

Postingan Populer